Random Posts

Politik Luar Negeri Tak Terarah Duet USA-Turki

Erdogan-Joe Biden

Politik Luar Negeri Indonesia sulit dipahami dalam beberapa tahun terakhir. Penolakan Indonesia untuk menempatkan pelanggaran HAM di China dalam agenda PBB. Rumitnya hubungan Indonesia jelang KTT G20 bermula dari rencana menyiarkan pernyataan tentang pengusiran Rusia dari Ukraina. Pidato anggota kabinet ke Amerika Serikat. Pujian untuk China tidak terucapkan. Tepatnya ke Rusia.

Fakta lapangan Rusia mengalami kemunduran sebab-akibat dari perang dengan Ukraina. Xi Jinping sekali lagi dipukuli oleh pengunjuk rasa di seluruh Tiongkok, dan bahkan pengunjuk rasa menyerukan pembubaran PKC.

Setelah demonstrasi populer di Pakistan dan Sri Lanka, lalu Iran dan Cina, menjadi lebih mudah bagi kita untuk memahami peta dunia yang hampir selesai.

Turki tampil sebagai representasi Islam. Mengambil alih peran Iran di dunia menjadi semakin sulit dari hari ke hari. Indonesia berusaha menjadi pendamai antara Ukraina dan Rusia, namun tidak ada tanggapan dari pihak yang bertikai. Nyatanya, Turki berperan, meski tidak mengatakan sepatah kata pun, I repeat stop war.

Pilihan AUKUS dan sekutunya untuk bermitra dengan Islam tentu sudah dipikirkan matang-matang. Islamophobia belum mampu melumpuhkan Islam bahkan di China. Tentu saja, jika Jin Ping selamat, dia akan berteman dengan orang Uighur. Islam juga memiliki potensi ekonomi yang tentunya juga menjadi pertimbangan.

Indonesia, sebagai negara penggagas Konferensi Islam Asia Afrika, harus memiliki sikap terhadap perubahan-perubahan terkini di dunia.

Tampaknya kepemimpinan Turki telah diterima oleh negara-negara Konferensi Muslim. Apakah seseorang ingin menyebut politik identitas ini tergantung pada terminologi.

Pada intinya AUKUS dan sekutunya meyakini Turki sebagai representasi Islam. AUKUS dan sekutu membutuhkan keseimbangan. Mereka tidak ingin menjadi yang terhebat di Kekaisaran Romawi. Semua orang memalukan.

Sulit bagi Cina dan Rusia untuk memperkuat posisinya sebagai saingan dan sekutu AUKUS. Fakta ini bisa membuat sedih pemerintah Indonesia, seolah-olah perang dingin tahun 60-an, ketika dunia terbagi menjadi dua blok - Timur dan Barat, belum juga berakhir. Saat ini pepatah mengatakan timur adalah timur, barat adalah barat dan saudara kembar tidak pernah bertemu. Semua berubah.

Post a Comment

0 Comments