Random Posts

Tsunami Politik adakah di Pilgub NTB?

Setelah maghrib, seorang teman dengan terburu-buru memperlihatkan saya tulisan di kolom sorotan Instagram yang katanya seorang politisi, teman itu mencoba memantik saya untuk merespon tulisan tersebut. Sebenarnya, agak malas sebab hanya sebuah tulisan biasa politisi yang juga sebagai tim pemenangan salah satu Paslon (Pasang Calon).

Tetapi, saya hanya akan merespon salah satu kutipan di puluhan paragraf yang ditulis, hanya itu yang membuat saya tertarik. Ia menulis dengan mengutip kalimat teman obrolannya, "hanya tsunami politik yang mampu mengalahkan pasangan ini (Zul-Uhel)," begitulah kiranya kutipan di tulisan itu.

Membongkar Makna Kebahasaan

Sebelumnya, saya harus menjelaskan kalimat saya di atas yang mengatakan "tulisan biasa seorang politisi sebagai pendukung salah satu Paslon." Terdapat makna yang berbeda jika dikaji dengan Pragmatik Linguistik, khususnya ditemukan Praanggapan/Presuposisi di salah satu paragraf dalam tulisan tersebut, "sejujur apapun saya menulis cerita ini, tetaplah akan banyak juga yang mengira saya menyembunyikan banyak hal, sebabnya tak lain adalah karena saya dianggapnya pasti memihak ke Bang Zul," salah satu paragraf yang diterangkan penulis.

Praanggapan merupakan pembahasan tentang referensi yang lalu, terdapat gagasan yang menarik bahwa penutur menganggap informasi tertentu sudah diketahui pendengarnya (Pragmatik, George Yule). Informasi yang ingin dihalang oleh penulis yaitu "saya dianggapnya pasti memihak ke Bang Zul" dengan menilai tanggapan pembaca sebelum pembaca membaca tulisannya lebih lanjut. Berusaha menghindari pembaca untuk melihat Ia sebagai penulisan yang memihak salah satu paslon. Oleh sebab itu, saya menggunakan kajian pragmatik dalam membongkar makna tulisan tersebut, karena pragmatik menganilisis makna kalimat dan penuturnya.

Mendukung analisa di atas, terdapat banyak kalimat yang menerangkan bahwa Ia menulis tidak subjektif. Sebelum saya membahas beberapa hasil analisa, lebih baiknya membaca tulisan penulis tersebut, bersumber di sorotan akun Instagram @diansandiutama dengan judul Panggung Belakang.

"Ada kelompok yang paling sering menyerang bang zul tapi menggunakan nama orang lain."

Penulis mengungkapkan kalimat di atas dengan maksud mendoktrin pembaca bahwa perpisahannya Bang Zul dengan Umi Rohmi bukan disebabkan oleh Bang Zul, tetapi kelompok tertentu.

"Miq gite dijanjikan akan menjadi Wakil Calon Gubernur (salah satu calon) dengan catatan beliau harus menyerang Bang Zul."

Penulis bermaksud mengajak pembaca untuk melihat kondisi Bang Zul seakan-akan memilki kekuatan yang besar, sehingga Bang Zul Banyak dijegal.

Terdapat banyak kalimat tulisan itu yang bisa menjadi data dalam pemaknaan bahasa ini, sayangnya tulisan ini berbentuk opini. Seperti yang saya jelaskan di atas, pragmatik juga menganalisa penutur/penulis, secara terbuka, penulis tersebut merupakan salah seorang tim pemenangan paslon Zul-Uhel. Saya menganalisa tulisan tersebut secara kebahasaan untuk membantu pembaca dalam memaknai maksud penulis sebenarnya yang berbeda dari yang ingin disampaikan.

Siapa Tsunami Politik ini?

Kini kembali ke topik inti, saya tidak akan menjawab dengan menyebutkan nama paslon, melainkan saya mengajak pembaca melihat kondisi lapangan Pilkada 2024.

Umi Rohmi memiliki basis yang cukup besar, yaitu NWDI. Sayangnya, hasil survei untuk Umi Rohmi tidak pernah berada di posisi teratas, entah survei dari OMI maupun LSI. Tampaknya Umi Rohmi tidak begitu kuat sebagai Cagub, berbeda ketika Ia sebagai Cawagub di tahun 2018 bersanding dengan Bang Zul sebagai Cagub, bisa dibilang Umi Rohmi dengan jamaah NWDI yang telah membawa Bang Zul ke singgasana tinggi Bumi Gogo Rancah, melihat waktu itu Bang Zul memiliki suara elektoral rendah. Saya tidak akan menerangkan penyebabnya di sini, silahkan baca di tulisan opini sebelumnya, diterbitkan di web mandalikapost dengan judul Menilik Serba-Serbi Pilkada NTB 2024.

Lembaga Survei Indonesia (LSI), dalam simulasi tiga nama, Miq Iqbal meraup elektabilitas 22,4 persen. Ia unggul dari Zulkieflimansyah yang meraih 21,5 persen dan Siti Rohmi Djalilah 21 persen. Sementara responden yang memilih tidak tahu/tidak jawab sebesar 35 persen, sumber CNN Indonesia.

Tanggal 11-17 Mei dari hasil survei LSI yang dilansir detikbali.com, Bang Zul menjadi Cagub yang tertinggi, di bulan ini disalip oleh Miq Iqbal. Hasil survei yang mengejutkan bagi para lawan tarungnya. Cagub dengan jargon representatif anak muda ini benar-benar mampu menarik perhatian pemilih muda yang memiliki suara mayoritas dalam pemilihan kali ini.

Tampaknya, ilmu seorang diplomat telah dipraktekkan dalam perpolitikan di Pilkada NTB kali ini. Faktanya, seluruh partai besar dapat Miq Iqbal negosiasikan untuk merekomendasikan dirinya. Presiden terpilih pun (Prabowo) mampu Ia luluhkan, akhirnya seluruh partai pengusung Presiden terpilih itu berlabuh ke dirinya. Tidak hanya itu, relawan Projo yang menjadi salah satu tim utama dari pemenangan Jokowi dan Prabowo juga siap bertarung untuk Miq Iqbal. Kini, terlihat banyak tokoh elit politik dan agama mendeklarasikan dukungan ke Miq Iqbal. Setelah segaris perjuangan dengan Pathul Bahri sebagai calon bupati Loteng yang akan sama-sama memborong suara Lombok Tengah, terlihat juga minggu ini Ali BD mantan Bupati Lombok Timur dua periode ikut dalam perjuangan mendukung Miq Iqbal. Tokoh politik nasional, Fahri Hamzah, berasal dari pulau sumbawa yang juga asal dari Bang Zul menjadi tokoh yang terus mempopulerkan nama Miq Iqbal, tidak tanggung-tanggung pasukan DPW Partai Gelora NTB dikerahkan bertarung untuk Miq Iqbal.

Lebih mengejutkan lagi, Tribunnews menerbitkan lirisan bahwa TGH Fadli Fadil Tohir (Tuan Guru Bodak) pengurus Yatofa yang merupakan keluarga dari Abah Uhel Cawagub dari Bang Zul malah memberi dukungan untuk Miq Iqbal, mengingat Yatofa merupakan basis terbesar Abah Uhel. Setelah dari deklarasi Pimpinan Yatofa tersebut, Bang Zul dan Abah Uhel langsung membuat acara dukungan Alumni Pondok Pesantren untuk pasangan Zul-Uhel, artinya gerakan Miq Iqbal membuat Zul-Uhel kepanasan dan kocar-kacir. Ketangguhan negosiasi Miq Iqbal begitu menakjubkan melihat Ia bukanlah seorang politisi tulen. Pantas saja akhirnya Prabowo jatuh hati padanya, berharap kekuatan negosiasi dapat membawa daerah NTB makmur mendunia, seperti jargonnya. Bukan tidak mungkin, bisa saja kekuatan negosiasi itu dapat membawa investor luar ke NTB. Tidak mengandalkan APBD dengan mencoba membuat program kelas internasional, namun malah meninggalkan hutang besar.

Berkaca dari Pilpres kemarin, kekuatan seorang Jokowi sebagai Presiden mampu membawa kemenangan bagi Prabowo, apalagi hanya sekedar daerah, mengingat NTB merupakan salah satu basis kemenangan Prabowo. Namun, tidak habis pikir, Miq Iqbal tampaknya tidak merasa cukup dengan dukungan dari Presiden terpilih, tokoh-tokoh daerah seperti nama-nama di atas dilibas habis. Saya tidak menyebutkan bahwa Miq Iqbal merepresentasikan tsunami politik tersebut, itu urusan pembaca memaknainya sebagaimana. Biarkan kondisi dan dinamika politik NTB yang akan menjawab.


Penulis: Lalu Muammar Qadafi (Tim Gass Iqbal)

Post a Comment

0 Comments